Selasa, 16 Juni 2009

sehatkah mutiara cintamu



Saya rasa pembaca pernah merasa benci, dan cinta. Cinta dan benci adalah dua hal yang saling sandari, jika di atas telapak tangan anda ada benih cinta maka di punggung tangan anda juga ada kebencian, ketika anda menghadap tembok cinta maka di balik tembok itu ada kebencian.
Penulis bukanlah orang yang memiliki seribu satu pengalaman dalam bercinta, dan bukan pula orang yang miskin hati akan mutiara cinta.
Al-ghifari mengutip definisi Ahmad Bahjat tentang definisi cinta “ jika seorang laki-laki membedakan wanita dari wanita lain, itulah cinta. Dan jika wanita tidak mempengaruhi seorang laki-laki seperti seorang wanita mempengaruhinya, itulah cinta. Jika seorang laki-laki membedakan wanita bukan karena paling cantik, paling cerdas, paling tepat untuk, dan bukan karena lebih utama untuk dicintai, tapi karena keindahan dan kekurangannya, itulah cinta“
Hal apa yang akan anda lakukan jika seorang yang anda cintai direnggut kehormatannya oleh orang lain?

Kemungkinan besar anda akan membuat perhitungan dengan orang yang melakukan hal tersebut, kemungkinan anda akan meninggalkan wanita itu kemudian mencari wanita yang lain, ataukah anda akan tetap menyendiri, dan yang paling sadis kemungkinan anda akan bunuh diri.
Jika anda adalah orang yang benar-benar berkiblat kepada arwah cinta, maka anda tidak akan meninggalkan dia, anda tidak akan lari dari kenyataan yang sedang anda hadapi. Anda akan merangkulnya, anda akan mengasihinya lebih dari sepenuh hati anda, anda akan menjadikan ia orang yang selalu anda jaga.
Cinta tak mampu terukur oleh logika manusia yang penuh empiris.
Cinta tak dapat diukur oleh seberkas kecantikan, dan seonggok keperawanan.
Keperawanan bukanlah timbangan yang layak untuk mutiara cinta, cantik ataupun tampan bukanlah ukuran yang khas untuk mengkuantifikasi segudang makna cinta, akan tetapi hati yang bersih, nurani yang becahaya, perasaan bahagia dan kecewa adalah sebagaian dari timbangan cinta.
AL_MAHDY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar